Keintiman hubungan antara kehidupan manusia dan lingkungan alam memengaruhi kesehatan fisik dan mental manusia. Hal ini telah berakar evolusi yang dalam dengan segala kompleksitas dan keragamannya. Manusia senantiasa menjalin hubungan dengan alam (hipotesis biophilia), termasuk satwa liar dan hewan kesayangan. Celakanya manusia telah merubah bumi dengan radikal pada abad XXI. Terjadi pula bencana alam, cuaca ekstrem, global warming, dll. sehingga sebagian makhluk hidup punah dan digantikan kehidupan lainnya. Kini pemikiran manusia mengalami kemajuan seperti menjadikan konservasi keanekaragaman hayati bukan lagi konsep abstrak, namun menjadi kebutuhan nyata manusia. Untuk itu, inovasi metodologi konservasi satwa liar diperlukan untuk menyelesaikan tantangannya yang begitu berat. Dalam hal ini, konservasi satwa liar selalu menekankan pada keseimbangan kepentingan antara kelestarian populasi satwa liar sebagai target pengelolaan, jenis yang berasosiasi serta habitat di satu sisi dan kepentingan manusia di sisi lain. Dengan demikian, konservasi satwa liar, sebagai ilmu sekaligus seni, mampu meramu berbagai disiplin ilmu dan berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan.
Hal ini mengemuka dalam pidato pengukuhan Guru Besar UGM dalam bidang satwa liar, Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut., M.Sc. di Balairung UGM, 25/02/2020. Guru besar kelahiran Boyolali, 9 Agustus 1971 ini merupakan guru besar UGM ke-552 dari 663 profesor UGM. Mengangkat judul “Merawat Hubungan Manusia-Satwa Liar”, Satyawan yang merupakan lulusan master dari Tropical and International Forestry, George-August University, Goettingen (2002) dan doktor bidang wildlife biology and hunting science, George-August University, Goettingen (2005) terlihat sangat konsisten menekuni keahlian satwa liar. Penelitiannya mengungkapkan pula mengenai mamalia liar di Taman Nasional Baluran dan konservasi banteng di Pulau Jawa. Secara lengkap publikasi terkait banteng dari Bapak tiga anak, Raditya Himawan Pudyatmoko, Laura Wening Pudyatmoko, Adelia Prajninda Pudyatmoko ini dapat dinikmati pada book chapter: “Ecology, Evolution, and Behaviour of Wild Cattle: Implication for Conservation” yang diterbitkan oleh Cambridge University Press.
Saat ini Prof. Satyawan Pudyatmoko bersama 11 guru besar lainnya semakin memperkuat Fakultas Kehutanan UGM. Capaian menggembirakan ini diapresiasi oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK). Civitas akademika Fakultas Kehutanan UGM pun merasa bangga dan sangat senang.
“Kami dari keluarga besar Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY mengucapkan selamat kepada Prof. Satyawan. Tentunya ini menambah SDM Fakultas Kehutanan UGM untuk lebih maju. Alhamdulillah Fakultas Kehutanan UGM selalu memberikan inspirasi bagi pelaksanaan pembangunan kehutanan di DIY. Semoga semakin baik terus dengan kualitas sumber daya manusia yang semakin hari semakin bertambah,” jelas Ir. R. Sutarto, M.P. selaku Kepala DLHK DIY di sela-sela ramah tamah/syukuran pengukuhan guru besar di Grha Sabha Pramana. Di tempat yang sama, Ketua Laboratorium Pengelolaan Satwa Liar, Dr. Sandy Nurvianto, S.Hut., M.Sc. dan drh. Subeno, M.Sc. mengungkapkan kebanggaannya.
“Kami bangga karena sebagai laboratorium yang terhitung masih muda telah ada dua profesor, yakni Prof. Juwantoko (alm) dan Prof. Satyawan,” jelas Sandy. Sandy juga berpesan, “Bila anda sudah menemukan impian anda dan anda tahu cara meraihnya, maka lakukanlah”. Sementara itu Subeno, kolega Prof. Satyawan berharap munculnya pengembangan pengelolaan satwa liar supaya semakin membaik.
“Saya sangat bangga dan senang sekali karena hal ini merupakan capaian tertinggi dalam hal akademik. Semoga dapat bekontribusi yang banyak di bidang kehutanan, khususnya satwa liar, dan memberikan konsep baru terkait pengelolaan satwa liar agar semakin baik lagi,” ungkap Subeno.
Teks Pidato Pengukuhan dapat diunduh disini