Wildlife Conservation Centre (WCC) kembali mengadakan talkshow dengan topik tentang penelitian tingkat akhir bagi mahasiswa di Laboratorium Pengelolaan Satwa Liar, Fakultas Kehutanan, UGM, Kamis (27/9/2019). Talkshow ini diadakan untuk memotivasi mahasiswa agar mempunyai keinginan untuk melakukan penelitian akhir atau biasa disebut skripsi dengan usaha yang lebih tinggi daripada mahasiswa pada umumnya, karena akhir-akhir ini banyak mahasiswa yang hanya ingin sekedar lulus dari bidang masing-masing. Bagi mahasiswa kehutanan ada banyak pilihan melakukan penelitian akhir, salah satunya dengan menggunakan data sekunder dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non-Government Organization (NGO). Namun, tidak mudah untuk melakukan penelitian akhir bersama NGO, karena harus membagi waktu antara penelitian akhir dan kegiatan dari NGO.
Talkshow kali ini menghadirkan tiga orang narasumber yang pernah melakukan penelitian akhir bersama NGO, yaitu Muhammad Hilal Fikriansyah di Frankfurt Zoological Society (FZS), Muhammad Abid Sokonegoro di Little Fire Project (LFP), dan Farah Dini Rachmawati di World Wide Fund (WWF). Proses mereka di lapangan telah memberikan banyak pengalaman, mulai dari bekerja dengan NGO hingga mengatur diri sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan. “Pada saat melakukan penelitian, salah satu kejadian yang tidak bisa dilupakan adalah dapat bertemu orang asli Suku Dayak dengan tradisi dan budayanya, serta melihat secara langsung orang utan di habitatnya,” kata Dini. Tidak hanya Dini, Hilal yang melakukan penelitian mengenai Gajah Sumatra juga mendapat pengalaman tidak terlupakan, yaitu dikejar tiga Gajah Sumatra jantan.
Peserta yang mengikuti talkshow didominasi oleh mahasiswa dari Fakultas Kehutanan, tetapi ada juga mahasiswa dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (MIPA) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (ISIPOL) yang ikut acara ini. Salah satu alasan mahasiswa dari luar Fakultas Kehutanan mengikuti acara ini adalah tertarik untuk kerja di NGO. “Saya pikir konservasi tidak hanya untuk mahasiswa Fakultas Kehutanan, dan dari kegiatan ini saya juga mendapatkan banyak persepsi baru yang mungkin dapat membantu saya melakukan penelitian akhir,” ujar mahasiswa MIPA.
Penelitian akhir bagi mahasiswa S-1 sering menjadi momok, tetapi suka maupun tidak, semua mahasiswa harus melakukan sebuah penelitian akhir. Namun dibalik kesulitan dalam penelitian akhir, ketiga narasumber sepakat bahwa penelitian akhir yang mereka lakukan merupakan sebuah rezeki untuk masa depan, karena selain memenuhi tugas wajib mahasiswa, mereka dapat membangun relasi untuk bekerja yang bisa dimanfaatkan setelah lulus. Ketika berada di NGO masing-masing, semua narasumber juga dituntut untuk dapat mengikuti program kerja masing-masing NGO, seperti Hilal harus mengikuti pekerjaan para ranger yang memonitoring keberadaan gajah agar tidak terjadi konflik dengan masyarakat, Dini yang harus melakukan survei orang utan di lahan gambut, dan Abid yang harus begadang untuk mengamati aktivitas kukang. “Sekarang tinggal kita (mahasiswa) bisa memanfaatkan kesempatan yang ada atau tidak, karena kesempatan untuk melakukan penelitian akhir bersama NGO masih banyak,” kata Hilal.
Pada akhir talkshow ada salah satu peserta yang bertanya mengenai cara mendapatkan kesempatan penelitian akhir dengan NGO. Semua narasumber mengatakan bahwa kesempatan penelitian akhir bersama NGO didapatkan dari Dr. Muhammad Ali Imron, dosen pembimbing skripsi dari ketiga narasumber. “Informasi awal mengenai LFP dari Pak Imron, setelah itu saya menemui Pak Imron untuk menanyakan informasi lebih lanjut untuk melakukan penelitian bersama LFP,” tambah Abid. Walaupun demikian, semua proses di lapangan tetap dilakukan secara mandiri oleh masing-masing narasumber. Mereka harus bisa memposisikan diri sebagai mahasiswa yang sedang melakukan penelitian tingkat akhir, sekaligus mengikuti program kerja dari masing-masing NGO.